Bertaruh di ITMG, Saham Mahal yang Royal Bagi Dividen

Surya Rianto
4 min readSep 2, 2019

Saham Indo Tambangraya Megah terus turun tak terbendung. Padahal, emiten berkode ITMG ini adalah salah satu emiten yang membagikan dividen terbesar di Bursa Efek Indonesia. Apakah ini saatnya membeli eks saham mahal tersebut?

Illustrasi. Sumber: Free Lincesed Canva

Harga saham ITMG sempat tembus Rp50.750 per saham pada 2010. Lalu, harga saham terendah emiten sektor energi itu senilai Rp4.790 per saham pada 2016.

Sampai penutupan perdagangan Senin (02/09/2019), harga saham ITMG turun sebesar 4,41% menjadi Rp12.450 per saham. Secara year to date, harga saham ITMG sudah turun sebesar 38,51%.

Sejak 2016, ITMG mengubah lini bisnisnya dari pertambangan batu bara. Alasannya, perseroan juga melirik bisnis energi terbarukan.

Mungkin saja, ini antisipasi perkembangan energi terbarukan sebelum terlambat. Apalagi, batu bara dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim yang terjadi di dunia.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat harga saham ITMG turun?

Faktor utamanya adalah penurunan harga batu bara. Dari data Bloomberg, harga batu bara Newcastle sudah turun 32,34% menjadi US$65,05 per ton dibandingkan dengan akhir tahun lalu.

Dikutip dari hasil paparan publik pada 27 Agustus 2019, perseroan mengaku telah memiliki beberapa opsi produksi 2020 demi merespons penurunan harga batu bara tersebut.

Namun, ITMG belum menentukan target produksi untuk 2020.

Di sisi lain, ITMG tetap mengejar produksi batu bara sesuai target tahun ini sebesar 23,6 juta metrik ton. Sampai semester I/2019, realisasi produksi batu bara ITMG sudah sebesar 11,4 juta ton.

Perseroan pun menargetkan bisa menambah produksi sebesar 6,1 juta ton pada kuartal III/2019.

Dari segi penjualan, perseroan juga sudah mengantongi 79% dari total target 2019.

Dikutip dari Bisnis.com, ITMG optimistis bisa mengejar volume penjualan sebesar 26,5 juta ton. ITMG pun tidak ada niat untuk merevisi target produksi dan penjualan tahun ini.

Strategi Mengerek Kinerja

Meskipun begitu, ITMG tengah mengatur strategi agar bisa beroperasi lebih efisien. Melihat kinerja sampai semester I/2019, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan 10,36% menjadi US$892,7 juta dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.

Namun, perseroan mencatatkan penurunan laba bersih hingga 31,2% menjadi US$70,82 juta.

Untuk itu, Direktur Keuangan Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali mengatakan, perseroan tengah berupaya menurunkan tingkat nisbah kupas agar lebih efisien. Soalnya, angka beban nisbah kupas pada paruh pertama tahun ini cukup tinggi sehingga menekan keuntungan perseroan.

“Nisbah kupas adalah tanah kupasan penutup batu bara yang harus dibuang untuk menghasilkan 1 ton batu bara. Semakin banyak nisbah kupasan yang dibuang bisa menambah beban operasional”

Tak hanya terkait nisbah kupas, perseroan juga akan menurunkan biaya transportasi dan lainnya demi bisa menjaga kinerja keuntungan tahun ini.

Dengan kondisi kenaikan beban dan rata-rata harga jual yang lebih rendah, margin laba kotor ITMG sepanjang semester I/2019 turun menjadi 18% dibandingkan dengan 28% pada semester I/2018.

Realisasi Belanja Modal Lebih Rendah

Di tengah efisiensi, ITMG sudah memberikan sinyal kalau capaian belanja modal tidak akan sesuai target yang dianggarkan sepanjang tahun ini. Strategi itu dilakukan demi bisa lebih hemat atau efisien.

Seperti dikutip dari Kontan, Yulius mengatakan, realisasi belanja modal perseroan tidak akan mencapai US$100 juta. Padahal, perseoran menganggarkan belanja modal pada tahun ini sekitar US$121,9 juta.

Sepanjang paruh pertama, perseroan pun baru menggunakan belanja modal senilai US$25,9 juta.

Yulius mengatakan, serapan belanja modal pada semester II/2019 akan lebih besar, terutama untuk operasi penambangan batu bara anak usahanya.

“Cuma, realisasi sampai akhir tahun paling seperti 2018 yakni sekitar US$58 juta sampai US$60 juta,” ujarnya.

Rencana Buyback Demi Kerek Harga Saham

Sementara itu, penurunan harga saham yang cukup drastis membuat perseroan berencana melakukan aksi beli kembali. Tujuannya, demi meredam potensi penurunan yang lebih dalam.

Yulius mengatakan, perseroan pernah menempuh cara serupa pada 2016. Saat itu, perseroan melakukan aksi beli kembali sebesar 3% dari angka yang ditargetkan 10%.

“Kali ini, kami juga mempertimbangkan bisa beli kembali mencapai 10%,” ujarnya.

Dikutip dari Bisnis.com, Sinarmas Sekuritas menurunkan peringkat ITMG dari add [buy] menjadu neutral. Perusahaan sekuritas itu pun memasang target harga senilai Rp16.850 per saham.

Bahkan, Ciptadana Sekuritas memangkas target harga ITMG dari Rp24.500 menjadi Rp13.650.

Aksi pangkas harga itu selaras dengan penurunan harga batu bara. Datangnya musim dingin pun diprediksi tidak mampu membantu banyak harga batu bara bisa naik kembali.

Soalnya, China diperkirakan tetap mempertahankan kebijakan pembatasan impor di tengah pasokan yang berlebih.

Mimpi Menuju Rp26.000?

Sebelumnya, Bisnis.com seperti tertulis di berita ini membuat judul berita yang mempertanyakan arah harga saham ITMG menuju Rp26.000 per saham.

Berita yang muncul pada Mei 2019 itu merujuk dua riset dari Panin Sekuritas dan JP Morgan Sekuritas yang masih bernada optimistis.

Kedua riset itu memperkirakan penurunan harga batu bara bakal menjadi sentimen negatif emiten sektor batu bara, termasuk ITMG. Namun, kedua riset itu optimistis ITMG bisa mendapatkan sentimen positif karena masih mampu mencatatkan kenaikan penjualan di tengah penurunan harga batu bara.

Panin Sekuritas memasang target harga ITMG berada di kisaran Rp23.000 per saham, sedangkan JP Morgan Sekuritas memasang target Rp26.000 per saham. Padahal, harga saham ITMG saat itu sudah berada di bawah Rp20.000 per saham.

Jika melihat pergerakan harga saham ITMG bisa dibilang sangat fluktuatif, tetapi tetap bisa kembali ke level wajarnya.

Misalnya, pada 19 Desember 2007, harga saham ITMG berada di level Rp19.000 per saham, tetapi harga saham itu terus turun ke level Rp7.700 per saham pada 31 Oktober 2008.

Tiga tahun kemudian pada 14 Januari 2011, harga saham ITMG melejit ke level Rp53.350 per saham. Bertahan selama tiga tahun di atas Rp20.000 per saham, ITMG kembali terjerembab pada 7 November 2014 di level Rp19.900 per saham.

Harga saham emiten batu bara itu terus turun hingga 5 Februari 2016 di level Rp4.790 per saham. Meskipun begitu, harga saham ITMG kembali naik menjadi Rp31.700 per saham pada 23 Februari 2018.

Kira-kira, harga saham ITMG bisa naik lagi ke atas Rp20.000 enggak ya?

--

--

Surya Rianto

Content Creator | Blogger | Stock Enthusiast | Crypto Newbie | Ex Journalist